Bahaya Banget Tersambar Petir Meski di Dalam Rumah, Ini Cara Mengurangi Risiko Tersambar Petir Saat Hujan

Ternyata, sambaran petir mengintai kita di mana saja (baik di rumah atau di luar rumah), apabila kita tidak tahu bagaimana upaya melindungi diri.

Bahaya Banget, bisa tersambar petir meski di dalam rumah, Ini cara mengurangi risiko tersambar petir saat hujan. (Foto: Pexels)

Ranahrumah.com – TIPS & TRIK | Bahaya Banget tersambar petir meski di dalam rumah, Ini cara mengurangi risiko tersambar petir saat hujan.

Mengapa orang bisa pingsan atau meninggal pada saat ada petir, padahal saat itu berada di dalam rumah?

Berita yang berkaitan dengan petir acap membuat kita khawatir.  Cukup sering tersiar kabar ada orang meninggal tersambar petir saat mandi di rumah menggunakan shower. Juga, seorang Ibu yang disambar petir saat mencuci di samping rumah-nya.

Ada pula di jalan TOL, ada yang meninggal ketika sedang menggunakan telepon seluler. Semua kejadian tersebut  hanyalah beberapa contoh yang membuat kita semakin khawatir akan petir.

Biasanya, kita dinasihati untuk jangan berdiri di tempat terbuka —ketika hujan turun, karena petir akan menyambar objek yang paling tinggi. Kenyataanya, ada orang yang berteduh di bawah pohon pun bisa menjadi korban petir, sedangkan pohon yang tinggi justru aman-aman saja.

Ternyata, sambaran petir mengintai kita di mana saja, baik sedang di dalam rumah maupun di luar rumah, di tempat manapun, apabila kita tidak tahu bagaimana upaya melindungi diri.

Dikutip dari Tabloid Rumah Edisi- 178-VII, Hartono Cahyono, Konsultan Bidang Kelistrikan dan karyawan di perusahaan nasional EPC(Engineering, Produ-cerement and Construction), mejelaskan pemahaman tentang petir dan cara mengurangi risiko sambarannya ketika hujan.

Menurut pemaparannya, petir merupakan kejadian alam yang mengandung medan listrik sangat besar. Literatur mencatat bahwa besarnya medan listrik minimal 1 juta Volt per meter. Lantas, berapa besar energi  listrik yang terkandung di dalamnya? Ternyata, kira kira 4.545 kali lebih besar dari listrik 220 Volt di rumah kita! Itulah sebabnya sengatan petir sering memakan korban, baik manusia, barang, maupun bangunan.

Tanda-tanda Akan Ada Petir

Dijelaskan Hartono dalam tulisannya, petir hanya terjadi jika ada awan cumulonimbus yang biasa disingkat awan Cb. Awan ini terjadi akibat pemanasan di permukaan bumi yang mendorong uap air ke atas dengan cepat. Inilah tanda-tandanya.

  • Dari jauh, awan ini tampak menggumpal dan membubung tinggi.
  • Kalau kita berada di bawahnya agak sulit melihatnya, namun kita dapat merasakan tandanya, yaitu jika cuaca yang panas kemudian mendadak berawan dan angin berhembus kencang.
  • Kalau pagi hari terasa terik menyengat namun terasa lembap, biasanya pada siang hari akan muncul awan Cb yang kemudian diikuti terjadinya petir.
  • Karena itulah jika hujan mulai pada pagi hari, bisa dipastikan siang hari tidak akan ada petir, karena permukaan bumi tidak cukup panas untuk menguapkan air pembentuk awan petir tersebut.

Proses Terjadinya Petir

Lebih lanjut Hartono menjelaskan, petir terjadi karena adanya perpindahan atau lebih tepat “loncatan” (karena demikian besar dan cepat) muatan listrik negatif di awan ke muatan listrik positif di bumi. Di awan tidak hanya terdapat muatan negatif, karena awan terdiri dari ion bebas negatif dan ion bebas positif. Ion bebas ini terjadi akibat pergesekan antara awan-awan itu sendiri yang disebabkan oleh pergerakan angin.

Pada saat tertentu, pergerakan awan akan berhenti pada suatu tempat, lalu muatan negatif di awan saling menguatkan sehingga terjadi akumulasi yang cepat, sehingga terjadi beda potensial (tegangan) terhadap bumi. Inilah yang memicu terjadinya loncatan muatan negatif di awan ke muatan positif di bumi, sehingga terjadilah petir.

Penyalur Petir, Bukan Penangkal Petir

Walaupun para ahli telah melakukan berbagai riset tentang petir, belum ada yang bisa memastikan kapan petir akan menyambar, di mana dan berapa kekuatannya.

Petir tidak bisa ditangkal, ditolak, atau digagalkan. Petir hanya bisa disalurkan. Oleh karena itu, berdasarkan mekanisme kerjanya, biasanya para ahli menggunakan istilah “penyalur petir”, bukan “penangkal petir”.

Penyalur petir yang beredar di pasaran intinya ada dua, yaitu sistem konvensional dan sistem elektrostatis. Penyalur sistem konvensional bekerja secara pasif, atau bahasa sederhananya “menunggu” disambar petir. Ketika muatan listrik negatif di awan sudah cukup besar, maka muatan listrik positif di tanah akan tertarik merambat melalui konduktor penyalur petir menuju ujung kepala penangkap petir, kemudian disalurkan ke bumi. Sistem ini masih banyak dipakai karena terbukti cukup andal menyalurkan petir. Biayanya pun relatif lebih murah dibandingkan sistem elektrostatis.

Sedangkan penyalur petir elektrostatis bekerja secara aktif. Begitu muatan negatif dari awan Cb melesat ke bumi, maka setelah melalui proses pengumpulan dan penguatan muatan di kepala penangkap petir (head unit), muatan positif langsung menyambut ke atas dan menuntun muatan negatif ke bumi.

Manusia Penghantar Listrik

Di samping gambaran di atas, ada dua kondisi sambaran petir yang perlu diketahui, yaitu sambaran langsung dan sambaran tidak langsung.

Seperti diketahui, sekitar 75% tubuh manusia terdiri dari zat cair sehingga merupakan media penghantar listrik yang baik.

Biasanya, untuk menghindari sambaran petir, orang akan berlindung di bawah objek yang lebih tinggi, yaitu pepohonan, bangunan, atau di rumah. Apakah cara ini dijamin aman? Mungkin ini aman dari sambaran langsung. Namun, waspadalah terhadap sambaran tidak langsung, yaitu sambaran yang mengenai objek (manusia) melalui proses rambatan melalui tanah, dengan perantaraan benda-benda yang mengandung logam misalnya antena TV, tiang listrik, dan janngan struktur bangunan dan baja yang tidak di-grounding, termasuk jaringan komunikasi telepon.

Ketika petir menyambar pohon, arus petir akan berusaha turun ke bumi melalui batang pohon, namun karena hambatan pohon itu besar, maka sambaran petir biasanya hanya merusak pucuk pohon. Itulah sebabnya ada orang yang berlindung di bawah pohon yang terluka atau tewas karena terkena sambaran tidak langsung.

Mengurangi Risiko Terkena Petir Saat Hujan

Dari paparan mendalam tentang petir tersebut, Hartono membagikan tips mengurangi risiko terkena petir saat hujan, baik yang sedang di dalam rumah maupun di luar rumah, sebagai berikut.

1. Jika terpaksa harus berteduh seorang diri, upayakan kedua ujung kaki berhimpit serapat mungkin. Ini untuk menghindari merambatnya arus listrik ke tubuh melalui kaki yang satu ke kaki yang lain akibat sambaran ke bumi. Apabila petir menyambar tanah, tegangannya berpendar horizontal di tanah. Jika kaki kiri dan kanan membentuk jarak, maka akan terjadi perbedaan potensial (tegangan) di antara kedua kaki. Jika kaki berhimpitan maka perbedaan potensial pada kaki akan kecil.

2. Jika berada di dalam rumah, jangan duduk di lantai. Dudukiah di kursi atau tempat tidur dengan kaki di atas.

3. Hindari tempat yang cenderung basah, misalnya tempat cuci dan kamar mandi. Jika kadar besi dalam tanah di suatu tempat cukup tinggi, maka berpotensi merambatkan arus petir, sehingga tegangan pun akan bependar merambat melalui tanah.

4. Jangan gunakan telepon rumah maupun telepon seluler, mengisi baterai, menyalakan TV, radio, komputer, dan lain-lain, jika instalasi listrik tidak dilengkapi peralatan pengaman petir yang benar. (RR)

Cek berita atau ulasan inspiratif ranahnya rumah, properti, dan gaya hidup penghuninya di website www.ranahrumah.com, Facebook RANAH RUMAH, Instagram @ranahrumahcom