Ranahrumah.com – INSIGHT | Kota yang Kehilangan Daya Serap. Pertumbuhan kawasan perkotaan yang pesat sering kali mengorbankan fungsi alami tanah. Jalan, trotoar, dan area publik yang tertutup permukaan kedap air membuat air hujan langsung mengalir ke saluran drainase. Ketika kapasitas saluran tidak memadai, genangan dan banjir pun sulit dihindari.
Banjir masih menjadi salah satu bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Kondisi ini menandakan perlunya perubahan cara pandang, dari sekadar mengalirkan air secepat mungkin, menjadi mengelola air hujan secara lebih cerdas.
Baca Juga: Tantangan Tren Urban Arsitektur Hunian dan Arsitektur
Infrastruktur Hijau sebagai Pendekatan Kota
Infrastruktur hijau menawarkan pendekatan yang mengintegrasikan pembangunan dengan sistem alami. Prinsip utamanya adalah memberi ruang bagi air hujan untuk tertahan dan meresap kembali ke tanah. Pendekatan ini dapat diwujudkan melalui ruang terbuka hijau, sumur resapan, hingga pemilihan material yang mendukung infiltrasi air.
Material menjadi elemen penting karena berperan langsung sebagai lapisan pertama yang bersentuhan dengan air hujan di kawasan perkotaan.
Baca Juga: Quadrop: Beton ReadyMix Berpori Ramah Lingkungan yang Mengurangi Genangan dan Risiko Banjir
Baca Juga: Mengenal FlexiPlus Semen Hidraulis untuk Konstruksi Hijau
Beton Berpori dalam Pengelolaan Air Hujan
Salah satu material yang mulai dilirik dalam konteks infrastruktur hijau adalah beton berpori. Berbeda dengan beton konvensional, material ini memiliki struktur berongga yang memungkinkan air hujan menembus permukaannya dan mengalir ke lapisan tanah di bawahnya.
Penggunaan beton berpori telah diterapkan di berbagai negara untuk trotoar, area parkir, dan fasilitas publik. Dalam konteks kota-kota di Indonesia yang menghadapi curah hujan tinggi, material ini berpotensi membantu mengurangi limpasan air permukaan sekaligus mendukung konservasi air tanah.
Baca Juga: 3 Proyek Kolaborasi SCG Menuju Green Growth Ekonomi Hijau Berkelanjutan
Kolaborasi sebagai Contoh Praktik
Upaya penerapan beton berpori di Indonesia mulai dilakukan melalui berbagai bentuk kolaborasi lintas sektor. Salah satunya adalah kerja sama antara SCG melalui PT Kokoh Inti Arebama Tbk. dengan Hokkaido Poracon Co., Ltd. dari Jepang, yang didukung oleh Japan International Cooperation Agency (JICA).
Kolaborasi ini berfokus pada pengembangan dan penerapan teknologi beton berpori untuk menciptakan area resapan air hujan di kawasan perkotaan, sekaligus memperkuat pertukaran keahlian teknis agar solusi yang diterapkan sesuai dengan kondisi lokal.
Inovasi ramah lingkungan yang dihadirkan berupa:
1. Promosi Proyek Sumur Resapan Beton Berpori
Kolaborasi ini akan mempromosikan proyek-proyek instalasi sumur resapan menggunakan beton berpori, dimulai di wilayah Jakarta.
2. Ekspansi Keahlian dan Konsultasi Teknis
Melalui proyek percontohan di beberapa kota besar di Indonesia, kedua perusahaan akan memberikan konsultasi terkait pengendalian aliran air hujan sekaligus mengembangkan keahlian canggih dalam produksi dan pemasangan beton poros.
Menuju Kota yang Lebih Adaptif
Beton berpori bukan solusi tunggal untuk mengatasi banjir perkotaan. Namun, sebagai bagian dari infrastruktur hijau, material ini dapat berkontribusi signifikan jika diterapkan secara terintegrasi dengan perencanaan kota yang berkelanjutan.
Di tengah tantangan perubahan iklim dan urbanisasi, masa depan kota-kota di Indonesia akan sangat ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi. Infrastruktur hijau menjadi salah satu fondasi penting untuk membangun kota yang lebih tangguh, aman, dan layak huni.(RR)
Baca Juga: Merawat Bumi Lewat Aksi Konsisten Anak Muda
Cek berita keberlanjutan, ulasan inspiratif ranahnya rumah, properti, dan gaya hidup penghuninya di website www.ranahrumah.com, Facebook Ranah Rumah, Instagram @ranahrumahcom.



