Ranahrumah.com – TIPS & TRIK | Mengenal Keraton material pelat lantai untuk ngedak praktis & tahan gempa.
Saat ini ada banyak piihan material untuk pelat lantai pada metode fabrikasi, yang semuanya mudah ditemukan di pasaran. Ketika ingin memilih menggunakan salah satunya, maka data-data ukuran bidang lantai yang akan dicor, harus sangat lengkap, sehingga kesalahan dapat dihindari. Begitu juga saat memutuskan menggunakan metode konstruksi tertentu, perlu diperhatikan jalur distribusi ke lokasi rumah, apakah cukup memadai.
Sesuai dengan namanya, material prefabrikasi, semua elemen struktur dibuat di pabrik serta dapat langsung digunakan dan dipasang sebagai material pelat lantai.
Keramik Komposit Beton atau Keraton adalah salah satu material prefabrikasi yang cukup praktis penggunaannya. Ini sebenarnya merupakan pelat berusuk.
Bentuk dan bahan pembuat keraton menyerupai balok bata, tapi bagian tengahnya berlubang-lubang. Lubang ini bukanlah sembarang lubang, melainkan konstruksi yang sudah dihitung dengan tepat, sehingga membuat bahan ini kuat digunakan untuk pelat lantai.
Baca Juga; 10 Alasan Perlunya Menggunakan Jasa Arsitek untuk Memperindah Hunian
Keraton yang baik, adalah campuran lempung yang dipanasi sampai di atas 1.000°C. Keberadaan lubang atau rongga ternyata dapat mengurangi berat keraton dibanding beton masif.
Selain itu, penggunaan keraton juga dapat menghemat besi beton hingga 70%, jika pemasangannya menggunakan teknik pelat satu arah/one way slab. Dengan demikian konstruksi Keraton merupakan struktur pelat lantai bangunan bertingkat yang efisien, praktis, dan ekonomis.
Saat ini ada banyak merek keraton yang beredar di pasar seperti: Waspada, Bintang Timbul, Ampo, Wina, Ceradeck. Masing-masing merek memiliki bentuk lubang yang berbeda. Keberadaannya di toko-toko material pun mudah didapat. Modul keraton yang dibuat dari tanah liat, yang dijual di pasar memiliki ukuran tertentu.
Keraton Berbahan Dasar Tanah Liat
Mengenal Keraton material pelat lantai untuk ngedak praktis dan tahan gempa. Keraton ini terbuat dari tanah fiat (keramik) yang dicetak dengan cetakan khusus sehingga berbentuk menyerupai kubus dengan lubang-lubang di bagian tengahnya.
Keramik ini mempunyai rongga yang bila diperhatikan secara seksama menyerupai huruf “V”.
Dalam keadaan terpasang, rongga “V” ini seakan-akan menumpu beban yang ada di atasnya.
Untuk membuat pelat, keraton ini dirangkai dan direkatkan dengan beton. Untuk memperkuat struktunya, Keraton juga diberi tulangan baja yang diletakkan di ke-empat sisinya dan kemudian dicor dengan beton.
Baca Juga: Lantai Kayu, Cara Instan Ubah Tampilan Rumah untuk Rayakan Momen Akhir Tahun
Keraton Awalnya dari Eropa
Bahan material ini lahir atas kerjasama beberapa negara di Eropa (Jerman, Belanda, dan Euro Latin) sekitar seratus tahun yang lalu.
Kemudian teknologi material ini dibawa ke Indonesia melalui proyek Bantuan Teknis Pembangunan industri Bahan Bangunan yang diawasi oleh UNIDO/UNDP (PBB Project INS/74/034).
Pada proyek penelitian yang berlangsung sekitar tahun 1977, bahan material ini diteliti penggunaannya pada sebuah rumah contoh di Puslitoangkim Cipta Karya Pekerjaan Umum.
Aplikasi material pada penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari Ir. Emon Sulaiman (Alm.) dan Nasan Subagia. Kemudian dikembangkan lagi dengan modifikasi model oleh Ir. Judadi dan Dipl. Ing Yudiro pada tahun 1984. Setelah itu pada tahun 1990 oleh Ir. Bambang Mursodo dikembangkan lagi modifikasinya.
Baca Juga: Cara Mengganti Genting Tanpa Membongkar yang Lama
Keraton Kuat dan Aman
Kekuatan material keraton sudah diuji di laboratonum yang mendapat hasil bawah keraton akan melendut pada beban di atas 500 kg/m. Keberadaan rongga di dalam komposit keramik beton akan memudahkan kita untuk menangkap “sinyal” bila pelat/dak beton itu akan runtuh.
Hal ini bisa diibaratkan dengan sepotong bambu yang digunakan sebagai perancah. Bila diinjak dan akan patah maka bambu akan memberikan “sinyal” bahwa dia akan patah yaitu di antaranya dengan mengeluarkan suara “krek”. Berbeda jika bila perancah yang digunakan adalah kayu. “Sinyal” ini tidak ada karena kayu tidak mempunyai rongga di dalamnya. Bila patah dia akan langsung patah.
Bobot ringan, membuat struktur ini aman sebagai struktur tahan gempa. Bila ada gempa dan terjadi keruntuhan maka keruntuhannya tidak dalam bentuk lempengen berat dan besar.
Baca Juga: Aluminium Composite Panel (ACP) Material Tahan Air dan Api, Amankan Bangunan saat Hujan & Panas
Baca Juga: Fortress Aluminos Pintu Kamar Mandi dari JBS Harga Rp1,5 Jutaan, Hadir di IndoBuildTech 2023
Cek berita atau ulasan inspiratif ranahnya rumah, properti, dan gaya hidup penghuninya di website www.ranahrumah.com, Facebook Ranah Rumah, Instagram @ranahrumahcom
(*)