Ranahrumah.com – INSPIRASI [INTERIOR] | Perubahan besar dalam dunia pendidikan akibat kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) tidak hanya terasa di kampus dan ruang kelas, tetapi juga mulai masuk ke rumah kita. Semua dimulai dari satu hal sederhana: belajar sudah tidak lagi terikat tempat. Bahkan para pemimpin universitas dunia pun sepakat bahwa kedalaman berpikir harus tetap dijaga, meskipun AI menjadi asisten utama dalam mencari informasi.
Dalam forum NUS Innovation Forum Jakarta 2025, Presiden NUS Prof. Tan Eng Chye mengingatkan, “AI tidak bisa menggantikan proses berpikir.” Pesan itu menegaskan bahwa ruang belajar yang baik tetap memerlukan elemen yang membantu manusia berpikir lebih jernih, bukan sekadar membuat prosesnya lebih cepat.
Pesan lengkap Prof. Tan Eng Chye tentang peran pendidikan tinggi di era kecerdasan buatan ini bisa menambah wawasan kita.
1. Ruang belajar kini perlu ‘adaptif’
Ruang belajar tradisional—meja, kursi, rak buku—tidak lagi cukup. Kini, ruang belajar di rumah perlu mendukung:
- hybrid learning (online–offline)
- penggunaan AI tool untuk riset & eksplorasi
- rekaman audio/video
- deep work (ruang hening untuk fokus)
- kreativitas digital (desain, coding, ideation)
Ruang yang baik bukan hanya fungsional, tetapi juga menenangkan.
Baca Juga: LG DualUp Monitor Ini Tingkatkan Produktivitas Kreatif Digital

2. Tata ruang yang menjaga fokus dan etika digital
Karena AI mempermudah segalanya, tantangan terbesarnya justru menjaga kemampuan manusia untuk tetap berpikir kritis.
Kita butuh:
- pencahayaan yang menstimulasi fokus
- meja yang memudahkan transisi dari membaca buku → menggunakan laptop → brainstorming manual
- zona bebas screen untuk “berpikir analog”
Ini sejalan dengan kekhawatiran akademisi: jangan sampai AI membuat kita “never-skilling” — tidak lagi belajar sungguh-sungguh.
Baca Juga: WiZ Smart Lighting Merek Lampu Pintar untuk Kaum Digital Savvy
3. Ergonomi & kesehatan mental ikut berubah
Ruang belajar di rumah perlu mendukung ritme belajar baru yang lebih panjang, lebih sering, dan lebih intens.
Lighting, kursi ergonomis, akustik, bahkan warna dinding berperan besar menjaga energi dan kesehatan mental.

4. Mini-lab kreatif di rumah
Dengan hadirnya AI generatif, anak dan orang dewasa kini bisa menciptakan:
- musik
- desain grafis
- prototipe robotik
- kode pemrograman
- sketsa interior
Karenanya, ruang belajar perlu menyediakan area eksplorasi kreatif — bukan hanya tempat membaca.
5. Interaksi manusia tetap utama
Sebagaimana Profesor Hamdi Muluk mengingatkan, kehidupan offline tetap penting agar manusia tidak kehilangan empati dan kebijaksanaan.
Karena itu, ruang belajar yang ideal:
- terhubung dengan ruang keluarga
- memungkinkan diskusi langsung
- tidak sepenuhnya mengisolasi penghuninya
Nah, yuk diterapkan di rumah! (RR)
Baca Juga: 4 Media Penampil LG untuk Bisanis dan Belajar Mengajar
Cek berita dan issu terbaru dari industri, teknologi, inovasi produk, dan ulasan inspiratif ranahnya rumah, properti, dan gaya hidup penghuninya di website www.ranahrumah.com, Facebook RANAH RUMAH, Instagram @ranahrumahcom


