
Solusi Desain pada Hunian dengan Konsep Micro Living
Ukuran ruangan yang sedemikian kecil dan terbatas ini, membuat para konsultan arsitektur, konsultan interior, konsultan desain dan interior decorator memeras otak untuk mewujudkan berbagai solusi ruang berupa ide-ide kreatif rumah kecil, yang mampu mewujudkan berbagai fungsi ruang dalam ukuran ruang yang super super kecil ini.
Tentu saja solusi bukan sekadar memperkecil ukuran furnitur atau menggunakan furnitur yang ukurannya kecil-kecil, berwarna terang dan tips-tips sperti yang diterapkan pada hunian kecil biasa. “Furnitur semacam ini tidaklah mampu memberikan solusi pemanfaatan ruang yang maksimal untuk ruang yang sangat kecil dan terbatas,” tambah Vina.
Untuk menangani ruang jenis ini dibutuhkan ide kreatif dan inovasi desain yang smart atau pintar, dapat diterapkan dan dengan harga yang terjangkau. Walaupun harus diakui, investasi desain dengan harga yang lebih tinggi dapat menghasilkan pemanfaatan ruang yang lebih efisien, maksimal dan representatif.
Pemanfaatan ruang dalam konsep micro living, ide kreatif rumah kecil ini adalah pemanfaatan dengan skala sangat kecil yaitu dicermati hingga nyaris ke setiap sentimeter ruangan yang ada. Sebisa mungkin, tidak ada ruang yang terbuang sia-sia. Hal ini bukan berarti ruangan akan penuh luar biasa, namun dengan pertimbangan dari berbagai sisi menggunaaan konsep micro living, sisa-sisa ruang yang ada akan dimaksimalkan penggunaannya dengan cara yang baik, indah, dan tetap nyaman digunakan.
Baca Juga: Farpoint Hadirkan Maestria Rumah 2 Musim untuk Milenial & Gen Z Harga Mulai Rp500 Juta
Baca Juga: Pameran Furniture China 2024 Capai Pertumbuhan Pengunjung Luar Negeri hingga 11,9%

Penerapan Micro Living di Indonesia
Kalau diperhatikan, contoh-contoh micro living di luar negeri, rata-rata furniturnya hi-technology. “Sebenarnya konsep ini bisa kita adjust untuk karakter Indonesia. Butuh inovatif dan smart dalam mendesain baik furnitur maupun bangunannya di mana terjangkau teknologi dan biayanya,” ujar Vina.
Di luar dari pemikiran masalah biaya, sebenarnya budaya setempat itu yang ikut memengaruhi kecepatan konsep micro living ini diterima. Karakter orang di luar negeri, anak umur 18 tahun atau yang sudah berkeluarga biasanya hidup terpisah dari orang tuianya. Kalau di kita (Indonesia) justru sering kali ada tambahan anggota keluarga, ada nenek, ada kakek, ada adik. Budaya kumpul dan tinggal sekeluarga besar (tak hanya keluarga inti) juga masih sangat kuat. Kecuali itu, ada juga batasan di Indonesia misalnya, kalau anak laki-laki dan perempuan, kamarnya tidak boleh disatukan di batas umur tertentu. Hal ini tentu membuat ruangannya makin banyak. “Inilah yang harus kita adjust dengan kreativitas dan desain yang inovatif,” ujar Vina.
Baca Juga: Program Sharp Hydro Heroes Siapkan Pemuda jadi Petani Milenial untuk Pertanian Modern



