Apa itu Konsep Micro Living pada Hunian yang Jadi Tren Rumah Milenial?

Konsep hunian yang mulanya muncul di Amerika dan Australia, kemudian booming di Jepang dan Hongkong, dan kini di Indonesia. Luas lahan yang terbatas disiasati dengan desain yang smart adalah kunci penerapan micro living.

Konsep micro living pada hunian jadi tren rumah milenial. (Foto: Resources.jp)

Ranahrumah.com – ARSITEKTUR | Apa itu konsep micro living pada hunian yang jadi tren rumah milenial?

Jika mengamati hunian pada saat ini, akan banyak kita temukan hunian-hunian berukuran kecil berupa town house, apartemen, kondominium, rusun, rusunawa, rumah kontrakan, ataupun tempat kost.

Revina Pinky Susanti, arsitek pemilik konsultan desain Arsitekinterior.com mengungkapkan keterbatasan lahan dan ruang, serta harga lahan yang tinggi menjadi penyebab utama munculnya hunian-hunian kecil atau rumah mungil ini. Jika di Indonesia baru sekarang muncul, sebenarnya konsep ini sudah menjadi tren di dunia terutama di daerah barat seperti Amerika dan Australia. Di Asia seperti Jepang dan Hongkong pun konsep ini makin booming. “Ini merupakan fenomena dunia. semua menghadapi. Hampir di setiap kota besar di negara manapun, lahan semakin terbatas, dan harga semakin tinggi. Makanya konsep ini biasanya berkembang di kota besar dulu. Seperti di Jepang, New York, berkembang duluan krn desakan atau tuntutan kebutuhan, jadi sangat mungkin di Jakarta cepat atau lambat akan masuk,” ujar arsitek jebolan Universitas Trisakti, Jakarta ini.

Baca Juga: 12 Inspirasi Rumah Unik Kurang dari 100 M2 di Dunia (1)

Baca Juga: 10 Kiat Merenovasi Rumah Mungil

Micro living tak sekadar kecil dan ruang yang terbatas, jadi tren rumah milenial. (Foto: Pexels)

Micro Living Tak Sekadar Kecil dan Ruang yang Terbatas

Meski salah satu unsur pertama dalam konsep hunian micro living adalah luas yang terbatas, namun batasannya sendiri ternyata tidak merupakan hal yang pasti. Hendy Suhardi, Project Manager & IB. Ivalint Rouzen Ink Interior Design Studio berpendapat belum ada batasan pasti yang diterapkan, Mendesain dengan multifungsi dan mendesain dengan layout yang nyaman dalam space yang kecil, itu akan menjadi salah satu batasan yangg pasti diterapkan dalam micro living. “Micro Living itu sendiri bagaimana seseorang bisa nyaman secara minimun. Tidak ada ketentuan patokan angkanya berapa. Menurut saya, selalu berpikirnya, antara pemilik rumah dengan dimensi arsitekturnya,” Rahmat Indrani, SPOA.

Micro living menurut Vina adalah konsep hunian yang sangat menarik, yang dibuat dengan desain yang smart. Konsep ini menurutnya juga tak terikat dengan luas, meski secara teori luasnya antara 20-40m2.

“Tak sekadar kecil sehingga hanya dapat mengakomodasi fungsi ruang yang terbatas. Hunian berkonsep micro living dirancang secara kreatif sehingga ruangannya lengkap,” tambahnya. Ruang yang lengkap ini pun diikuti dengan kreativitas penciptaan penyimpanan. Intinya menurut Vina, kreativitas serta inovasi desain yang luar biasa dikerahkan untuk mewujudkan keseluruhan fungsi dalam keterbatasan ruang yang ada.

 “Kecilnya ukuran memang salah satu yang terkandung dalam hunian berkonsep micro living, namun tidak semua hunian yang kecil bisa disebut micro living. Rumah kecil berkonsep micro living beda dengan RSSS, atau rumah sangat sederhana,” ujarnya.

“RSSS karena dia luasannya kecil, ya sudah adanya segitu, sedapatnya saja ruang-ruang tersedia di sana. Namun, di micro living, mungkin ukurannya sama kecil dengan RSSS, tapi di dalamnya itu fungsinya lengkap,” tambahnya.

Baca Juga: Solusi Membangun Rumah untuk Milenial sesuai Budget yang Dimiliki

Baca Juga: Coworking Space untuk Milenial, Dukung Usaha Start-Up Cepat Maju