Pentingnya Manajemen Keuangan saat Milenial Membeli Rumah

Apa saja yang harus dipertimbangkan saat milenial membeli rumah? Tips konsultan keuangan untuk milenial dalam mengatur anggaran dan menentukan saat pembelian yang tepat.

Tips ahli tentang manajemen keuangan saat milenial membeli rumah.

Ranahrumah.com – TIPS & TRIK |Sepenting apakah manajemen keuangan bagi milenial saat membeli rumah?

Di samping pertimbangan soal harga, sebagian generasi milenial nyatanya belum menempatkan rumah sebagai prioritas untuk dibeli, meski penghasilannya cukup untuk membeli rumah melalui KPR.

Tak sedikit yang lebih memilih memuaskan diri dahulu dengan melakukan hobi travelingnya, keliling dunia, atau kesenangan lainnya. Hal inilah yang sering menjadi ganjalan bagi generasimilenial untuk bisa membeli rumah.

Namun, tak sedikit juga, kaum milenial yang mampu membeli rumah tanpa harus meninggalkan atau mengurangi kenyamanannya menjalani pola gaya hidupnya dan menjalankan hobinya.

Nah, bagaimana caranya agar milenial dapat membeli rumah dan kapan saat yang tepat untuk membeli rumah? Sebagai jawaban, dua saran ahli dapat menjadi pertimbangan.

Baca Juga: Solusi Rukita bagi Generasi Muda untuk Dapatkan Rumah yang Layak

Keputusan yang Salah saat Milenial Membeli Rumah

Memiliki rumah menjadi impian semua orang, termasuk para milenial. Ada rasa bahagia dan bangga ketika seseorang berhasil membeli rumah sendiri.

Namun ternyata, tak sedikit juga milenial yang akhirnya menyesal setelah membeli rumah.

Indah Hapsari, Co-Founder & Head of Adviser of Jouska Indonesia, mengatakan bahwa banyak milenial yang cuma berpikir “at least saya punya rumah”.  Biasanya yang berpikir seperti ini mereka akan membeli rumah karena Mereka cenderung terlanjur tergiur dengan harga rumah yang murah namun lokasinya amat jauh.  Dan irinisnya, rumah pun tidak ditempati. Pada akhirnya, banyak milenial yang berpikir dan menyesal mengapa terlalu terburu-buru mdembeli rumah jika pada akhirnya tidak ditempati.

Jarak yang jauh antara lokasi rumah yang dibeli dengan lokasi mereka bekerja menjadi alasan besar mengapa para milenial menyesal membeli hunian.

Selaku perencana keuangan, Indah menyarankan kepada para milenial untuk mengetahui terlebih dahulu tujuan mereka membeli rumah itu untuk apa, apakah memang butuh karena sudah berkeluarga dan punya anak atau membeli rumah hanya untuk sekadar punya dan dianggap keren.

Baca Juga: Depok dan Bogor Jadi “Sunrise Area” Properti Jabodetabek

“Kalau memang beneran butuh dan harus punya rumah, silahkan beli tapi cari tahu dulu tentang KPR dan lain sebagainya. Perhitungkan dulu dengan sebaik-baiknya. Karena banyak sekali milenial yang keuangannya tadinya baik- baik saja, setelah ambil KPR dengan perhitungan yang salah, keuangan jadi berantakan. Ketika sudah ambil KPR, harus punya kesadaran kalau ini merupakan produk mahal dan jangka panjang. Jadi harus punya keinginan untuk bisa melunasi secepat-cepatnya agar bunga tidak membengkak,” saran Indah.

Namun, ada juga milenial yang membeli rumah hanya karena gengsi. Untuk kasus ini, Indah selalu menyarankan untuk membeli rumah di saat yang tepat. “Kami tidak pernah menyarankan untuk tidak membeli rumah, tapi kami selalu ingatkan untuk belilah rumah di saat yang tepat,” ujarnya.

Saat yang tepat yang dimaksud Indah adalah dengan mempersiapkan dananya terlebih dahulu. “Jangan dipaksakan harus beli rumah sekarang. Sebaiknya, siapkan dananya terlebih dahulu dimulai secepat-cepatnya. Dari mulai kuliah, kerja, mulailah sisihkan dana tabungan untuk membeli rumah suatu hari nanti. Ketika sudah saatnya beli rumah nanti, milenial ini nantinya jadi lebih siap. Bisa bayar DP yang besar dan cicilannya juga jadi lebih ringan.

Jadi, lebih baik beli ruma agak lama tapi tepat, daripada beli rumah sekarang tapi salah dan menyesal,” ujar Indah.

Agar keuangan lancar dan milenial sukses menabung, Indah menyarankan  untuk membagi pengeluaran perbulan menjadi 4 bagian, yaitu primer, kewajiban, sekunder, dan tabungan investasi.

Primer berkaitan dengan biaya hidup, seperti makan dan transportasi. Kewajiban menyangkut pihak ketiga, misal bayar hutang dan bayar sekolah anak. Sekunder adalah anggaran untuk memanjakan diri, seperti belanja dan perawatan. Yang terakhir adalah tabungan investasi.

“Setelah dikelompokkan, milenial jadi tahu mana sih anggaran yang paling besar? Misal, ternyata yang paling besar adalah kewajibannya. Berarti, kemungkinan pengeluarannya banyak di cicilan,” ujarnya.

Dengan mengelompokkan pengeluaran tersebut, milenial jadi tahu masalah pengeluarannya ada di mana, sehingga bisa mengontrol pengeluaran dan sukses menabung perlahan-lahan.

Baca Juga: Dompet Maxi Mencegah Pemborosan karena Perencanaan Keuangan Morat Marit!

Kesenangan Menunda saat Milenial Membeli Rumah

Tingginya uang muka masih jadi masalah milenial untuk punya properti. Tapi dengan pengaturan prioritas dan pemanfaatan produk KPR, milenial juga bisa punya properti.

Keinginan milenial untuk memiliki properti seringkali terhalang masalah tingginya uang muka. Ironisnya, meski ada kenaikan pendapatan, uang muka properti ternyata selalu menjadi masalah bagi milenial.

Ada beberapa faktor yang membuat hal ini terjadi. Perbedaan prioritas kebutuhan milenial dengan generasi yang sebelumnya, membuat milenial mengesampingkan pembelian properti.

Ketika milenial punya gaji sendiri, yang jadi prioritas utamanya menikmati hidup. Ini soal karakter milenial. Meski tidak dipungkiri bahwa harga properti yang semakin meningkat juga membuat milenial menunda pembelian.

Dalam masa menunda itu kemudian mereka memanfaatkan dana yang mereka miliki untuk traveling atau bepergian. Padahal semakin lama mereka menunda, harga properti akan semakin tinggi juga.

Namun, tak semua milenial mengesampingkan keinginan membeli properti. Karena menurut hasil pengamatan dari pencarian property, pembelian properti dari kalangan milenial juga mengalami peningkatan. Salah satu yang jadi penyebabnya adalah semakin banyaknya produk KPR khusus milenial. Developer pun mulai meng-consider milenial sebagai konsumen yang harus mereka treat berbeda dengan generasi sebelumnya.

Baca Juga: TV Sharp Aquos IIOTO, Desain Maskulin dan Feminin untuk Milenial

Memanfaatkan kehadiran produk KPR ini, Pandji Harsanto, konsultan keuangan, memberikan idenya untuk pengaturan keuangannya. Pandji menyarankan milenial untuk memastikan diri sudah terbebas dari hutang konsumtif. Cicilannya yang ia tanggung pun tidak boleh melebihi 30% dari pencari nafkah utama. Menurut Pandji hal ini untuk mengantisipasi ketika pasangan sewaktu-waktu tidak bekerja, misalnya setelah istri melahirkan.

Sementara untuk uang muka, ia menyarankan untuk memanfaatkan promosi cicilan uang muka dari pengembang. Pandji juga mengingatkan akan pentingnya perhitungkan bunga cicilan karena melakukan kredit properti merupakan komitmen jangka panjang. “Di sini pentingnya literasi keuangan untuk menghitung cicilan pokok utang, bunga utang, dan angsuran cicilan utang,” katanya.

Baca Juga: Tips Hemat Wisata ke Tokyo dari Scoot & Seniman

Cek berita atau ulasan inspiratif ranahnya rumah, properti, dan gaya hidup penghuninya di website www.ranahrumah.com, Facebook Ranah Rumah, Instagram @ranahrumahcom

(*)