Ranahrumah.com – PROPERTI | PT Indonesian Paradise Property Tbk (INPP) atau Paradise Indonesia menyampaikan kinerja finansialnya terhitung sampai September 2024. Pemaparan tersebut disampaikan oleh Diana Solaiman, Chief Corporate Services Officer INPP di acara Gathering Media, pada Jumat 20 Desember 2024.
Per September 2024 INPP mencatat pendapatan dari penyewaan dan penjualan properti Rp878,1 miliar, naik hampir 6 persen dibanding periode yang sama tahun 2023 (yoy).
Perhotelan menyumbang Rp424,4 miliar, meningkat 24 persen secara tahunan (yoy), pusat perbelanjaan Rp365,3 miliar atau naik 6 persen. Dari pendapatan itu, INPP mencetak laba bersih Rp342,6 miliar, meroket lebih dari 120 persen yoy.
INPP atau Paradise Indonesia menargetkan peningkatan pendapatan hingga 20 persen sampai akhir tahun ini. Direksi perseroan optimis akan mencapai target tersebut. “Tahun depan kenaikan pendapatan kita targetkan 20-30 persen,” ungkap Diana.
Baca Juga: Kenalkan Identitas Baru, Paradise Indonesia Kampanyekan Building Tomorrow
Paradise Indonesia Fokus pada Segmen Pasar Middle-Up
Berusia 24 tahun pada 2024 ini, pencapaian postif Paradise Indonesia, dikatakan Diana berkat perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, komersial, dan penjualan properti ini, selama ini fokus melayani segmen middle up yang tidak terpengaruh pada berbagai gonjang-ganjing.
“Fokus pada segmen middle up Paradise Indonesia tidak terpengaruh pada berbagai gonjang-ganjing. Bahkan perhotelan signifikan naiknya. Untuk mal, kenaikan terjadi karena saat ini banyak perusahaan mengadakan event atau kegiatan di mal,” terang Diana.
Paradise Indonesia tidak mempermasalahkan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025 dari saat ini 11 persen. “Fokus perusahaan melayani segmen middle-up tidak terpengaruh kenaikan PPN tersebut. Pasalnya yang terpengaruh PPN itu adalah segmen Middle Low. Pasar middle up itu stabil,” tegasnya.
Pencapaian positif Paradise Indonesia di tahun 2024, salah satunya datang dari tingginya okupansi hotel. “Di hotel Harris Suites di fX Mall, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, misalnya, okupansinya mencapai 90%,” ungkap Diana.
Meski okupansi yang tinggi adalah hal yang positif dan diharapkan oleh semua pengembang yang bergerak di sektor ini, namun dikatakan Diana, hal ini membuat pengelola kesulitan melakukan pemeliharaan berkala, karena tamu terus menerus datang tanpa jeda.
Bukan hanya tak terpengaruh pada kenaikan PPN menjadi 12% mulai 1 Januari 2025, justru INPP berencana menaikkan tarif hotel untuk alasan maintenance agar terlaksana. “Kita tidak mungkin menolak tamu. Maka supaya ada spare untuk maintenance, tarif hotel-hotel dengan okupansi yang tinggi itu kita naikkan tahun depan,” ujarnya.
Hotel milik Paradise Indoensia selalu diminati, menurut Diana karena selalu lokasinya di Major City. Diketahui, Paradise Indonesia memiliki hotel di Jakarta, Bali, Batam, Yogyakarta, dan Makassar, serta mengoperasikan 6 pusat perbelanjaan di Jakarta, Bandung, dan Bali.
Beberapa hotel, di antaranya Grand Hyatt Jakarta, Hyatt Makassar, Harris, ALoft, Yelo, dan Pop. Sedangkan pusat perbelanjaan antara lain Plaza Indonesia dan fX Sudirman di Jakarta, 23 Paskal Bandung, dan Beachwalk Shopping Center di Bali.
Belakangan INPP juga mengembangkan properti untuk dijual, yaitu mixed use (apartemen dan ritel) Antasari Place di Jakarta Selatan. Tapi, secara keseluruhan 90 persen pendapatan perseroan masih disumbang hasil penyewaan hotel dan pusat perbelanjaan (recurring income).
Baca Juga: Inovasi dan Kreativitas Kunci Sukses INPP Kembangkan Properti Membangun Negeri
Beberapa Rencana Tahun 2025 Paradise Indonesia
Disampaikan di kesempatan yang sama oleh Diana, rencana ke depan, Paradise Indonesia akan menyelesaikan hand over Antasari Place hingga tuntas di Juli 2025. Kemudian juga penyelesaian proyek 23 Paskal Bandung, dan menerbitkan obligasi untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan dan mendukung pengembangan bisnis ke depan.
Tentang penerbitan obligasi, dikutip dari keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Presiden Direktur INPP Anthony P Susilo pada 14/12., aksi korporasi ini dilakukan untuk refinancing utang serta untuk penyertaan modal pada berbagai entitas maupun anak perusahaan.
INPP akan menerbitkan dua seri obligasi yaitu seri A dengan kisaran kupon sebesar 6,75-7,25 persen dengan tenor obligasi tiga tahun dan seri B dengan kisaran kupon sebesar 6,95-7,5 persen dengan tenor lima tahun.
Adapun untuk indikasi tanggal efektif obligasi adalah pada tanggal 24 Desember 2024 dan Indikasi masa Penawaran Umum akan berlangsung pada 30 Desember 2024-3 Januari 2025, pembayaran dari investor kepada Joint Lead Underwriters (JLU) pada tanggal 7 Januari 2025 dan obligasi ini akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 8 Januari 2025.
Baca Juga: RUPST INPP Setujui Penerbitan Obligasi Jadi Salah Satu Aksi Strategis untuk Percepat Pertumbuhan
Cek berita atau ulasan inspiratif ranahnya rumah, properti, dan gaya hidup penghuninya di website www.ranahrumah.com, Facebook Ranah Rumah, Instagram @ranahrumahcom. (RR)