Leptospirosis Penyakit yang Berpotensi Berjangkit saat Banjir, Ketahui Gejala dan Pencegahannya

Mengenal leptospirosis, penyakit yang berpotensi berjangkit saat banjir, gejala klinis dan pencegahannya.

Leptospirosis penyakit yang berpotensi berjangkit saat banjir, ketahui gejala dan pencegahannya. (Foto: Website Dinas Kesehatan).

Ranahrumah.com – KESEHATAN | Leptospirosis penyakit yang berpotensi berjangkit saat banjir, ketahui gejala dan pencegahannya.

Banjir melanda Jabodetabek pada (4/3/2025). Hingga artikel ini ditulis, masih banyak wilayah yang tergenang air karena kondisi air belum banyak mengalami penyurutan. Sementara beberapa rumah yang airnya telah surut, sebagian warga sudah mulai membereskan rumah mereka dan membersihkannya.

Dikutip dari ANTARA, pakar kesehatan Prof Tjandra Yoga Aditama mengingatkan kepada warga yang terdampak banjir di Jakarta untuk mewaspadai penyakit leptospirosis yang ditularkan melalui kotoran dan air kencing tikus.

“Pada saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia dimana kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir tersebut,” kata Tjandra melalui pesan teksnya yang diterima di Jakarta, Rabu (5/3/25).

Adapun, masih dari sumber yang sama, Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018-2020, berpendapat seseorang dengan luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang tercampur dengan kotoran atau urine tikus mengandung bakteri lepstopira, maka berpotensi dapat terinfeksi dan akan jatuh sakit.

Untuk itu sangat perlu kewaspadaan bagi masyarakat terhadap berjangkitnya penyakit leptospirosis pasca banjir.  

Baca Juga: Cara Membersihkan Lumpur di Karpet & Bikin Furnitur Kayu Kinclong

Leptospirosis atau Penyakit Demam Banjir

Leptospirosis sering juga disebut sebagai penyakit demam banjir. Penyebabnya adalah bakteri Leptospira interrogans, bakteri yang berbentuk panjang dan spiral, yang hidup dan berkembang biak di tubuh hewan.

Hewan pengerat, seperti tikus dan tupai, adalah hewan yang paling mudah terjangkiti bakteri ini. Di website Dinas Kesehatan Jakarta disebutkan, bakkteri Leptospira bisa disebarkan oleh tikus, anjing, babi, sapi dan kambing, namun di Indonesia penyakit ini lebih sering disebabkan dari urine tikus.

Tak hanya saat musim hujan atau banjir, Leptospirosis bisa juga menginfeksi di musim kemarau, utamanya di permukiman kumuh yang memiliki saluran air dan sanitasi kurang baik. Bakteri leptospira bisa mengendap di tanah dan bertahan sampai hitungan bulan.

Di saat banjir, bakteri yang mengendap di dalam tanah terbawa air dan menempel di lantai, dinding, perabot, dan benda-benda yang terkena banjir.

Penyebab lain kenapa di saat banjir penyakit leptospirosis lebih mudah berjangkit adalah karena ketika banjir, sarang-sarang tikus terendam. Tikus pun akan segera mencari tempat yang aman. Pada saat tikus-tikus ini mengungsi, kandung kemihnya yang lemah membuat urine lebih mudah berceceran di berbagai tempat.

Baca Juga: 3 Aspek Utama Mewujudkan Rumah Sehat agar Nyaman dan Estetis

Leptospirosis Bisa Menjangkiti Manusia

Penyakit Leptospirosis sesungguhnya tergolong zoonosis, yakni jenis penyakit hewan yang bisa menjangkiti manusia.

Bakteri Leeptospira yang biasanya terdapat di dalam air kencing, darah, atau jaringan hewan pengerat ini bisa ditularkan kepada manusia lewat kontak langsung dengan hewan-hewan terinfeksi atau ketika menyentuh tanah atau air, tanah basah, atau tanaman yang terkontaminasi oleh urine binatang yang terinfeksi.

Bakteri ini keluar bersama dengan urine hewan dan masuk ke tubuh manusia melalui telapak kaki, selaput lendir, mata, hidung, kulit luka atau terkena eksim, air, dan makanan. Begitu masuk ke aliran darah, dalam 4—10 hari, bakteri ini akan menyebar ke seluruh tubuh.

Pada kasus-kasus awal mungkin dokter tidak menduga ada leptospirosis karena penyakit ini tidak lazim dan sering dikira penyakit kuning. Padahal, jika terlambat diobati, penyakit ini bisa merusak organ-organ, seperti ginjal, hati, dan otak. Oleh karena itu, cegahlah sedini mungkin dan waspadai gejala yang timbul.

Baca Juga: 8 Langkah Siapkan Rumah Hadapi Hujan, Bebas Bocor, Lembap, dan Korsleting

Gejala dan Pencegahan Terkena Leptospirosis

Gejala klinis leptospirosis antara lain demam di atas 38 derajat Celcius, sakit kepala, badan lemah, nyeri betis hingga kesulitan berjalan, kemerahan pada selaput putih mata), kekuningan (ikterik) pada mata dan kulit.

Beberapa langkah pencegahan Adapun agar terhindari dari Leptospirosis dapat dilakukan, di antaranya sebagai berikut.

  • Berperilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan air dan lingkungan. Bersihkan sarang tikus dan genangan air.
  • Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
  • Mencuci tangan dan kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah melakukan aktivitas bersih-bersih sarang tikus dan genangan air.
  • Wajib memakai sepatu dan sarung tangan karet, terlebih bagi mereka kelompok pekerja yang berisiko tinggi seperti petugas kebersihan saat membersihkan genangan pasca banjir.
  • Gunakan disinfektan atau bahan pembersih untuk mencegah terjadinya infeksi dan membasmi kuman penyakit  pasca banjir. (RR)

Baca Juga: Hari Raya Sudah Dekat, Taman Rumah Masih Berantakan? Renovasi Saja dengan Konsep Taman Tumbuh!

Baca Juga: 10 Langkah Praktis Merapikan Gudang di Rumah

Baca Juga: Masalah Atap Bocor Tak Kelar-Kelar? Jangan Salah Pilih Pelapis!

Cek berita atau ulasan inspiratif ranahnya rumah, properti, dan gaya hidup penghuninya di website www.ranahrumah.com, Facebook Ranah Rumah, Instagram @ranahrumahcom