Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa, Jangan Sepelekan hingga Jadi Kronis

Migrain yang tidak tertangani dengan baik dapat berkembang menyebabkan masalah kesehatan mental, dan penggunaan obat yang berlebih, yang membuatnya semakin sulit untuk ditangani.

Webinar “Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa” diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI) didukung oleh Pfizer Indonesia, digealr pada 13 Juni 2024 untuk memperingatai “Bulan Kesadaran Migrain dan Sakit Kepala” (Foto: Istimewa)

Migrain Bukan Nyeri Kepala Biasa, Begini Profil Penderitanya

Adapun temuan Laporan Survei Profil Penyakit Migrain yang dilakukan oleh IQVIA pada bulan Desember 2023[1] di antaranya sebagai berikut:

  • 67% responden mengalami migrain berturut-turut antara 6 bulan hingga 1 tahun
  • 50% penderita mengalami frekuensi terkena migrain 1-4 kali setiap bulan migrain
  • 57% penderita mengkonsumsi obat pusing biasa
  • Rata-rata tingkat “kesakitan” mencapai 8.2 [dari 0 (tidak sakit) s/d 10 (sangat sakit)
  • Rata-rata sebanyak 4.5x setiap bulannya terserang migrain dan mayoritas mengalami migrain “episodik”

Di samping itu, dr. Henry Riyanto Sofyan, Sp.N. Subsp.NN(K), ahli neurologi PERDOSNI menyebutkan bahwa migrain adalah kelainan neurologis yang tidak hanya menyebabkan sakit kepala, tetapi seringkali juga merupakan kumpulan gejala yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, yang disebabkan oleh perubahan kimiawi tubuh dan otak, dan faktor genetik yang merupakan penyebab separuh dari semua migrain.

dr. Henry Riyanto Sofyan, Sp.N. Subsp.NN(K) menjelaskan terdapat beberapa jenis migrain yaitu migrain dengan aura berupa sensasi kilatan cahaya pada salah satu lapangan pandang sebelum serangan nyeri, dan yang paling banyak adalah migrain tanpa aura.

Baca Juga: Cara Kerja Plasmacluster di Air Purifier Sharp, Amankah Digunakan?

Baca Juga: Gerah Sepanjang Hari? Ini Syarat Bangunan yang Membuat Rumah Sejuk

Berdasarkan perjalanan waktunya, migrain dapat dibagi atas migrain episodik jika nyeri kepala terjadi <15 hari dalam sebulan dan migrain kronis jika nyeri kepala >15 hari dalam sebulan dan sudah terjadi selama setidaknya 3 bulan.

“Saat terkena migrain, pasien seringkali disertai  mual, muntah, dan kepekaan ekstrem terhadap cahaya dan suara, yang bisa berlangsung berjam-jam hingga berhari-hari sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat melemahkan dan menyakitkan.”

Migrain akibat penggunaan obat yang berlebihan disebabkan oleh penggunaan obat yang kronis dan berlebihan untuk mengobati sakit kepala, sebagai gangguan sakit kepala sekunder yang paling umum. Tipe ini lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Lebih lanjut dr. Henry Riyanto Sofyan, Sp.N. Subsp.NN(K) menguraikan bahwa gejala migrain dengan aura dapat berkembang melalui empat tahap yaitu prodromal, aura, serangan, dan pasca-dromal. Namun, tidak semua orang yang menderita migrain melewati semua tahapan tersebut.

Baca Juga: Atasi Polusi Udara Mulai dari Rumah, Kenali 6 Pemicu & Sumbernya!