Ranahrumah.com – INSIGHT | The Green Passage juara pertama OGRA 2023 Asia – Onduline Green Roof Awards yang diumumkan pada pada 29/11/23 di Tangerang, Jakarta.
Proses penjurian yang cukup ketat dilakukan oleh ke-4 dewan juri OGRA 2023 ASIA, yang terdiri dari Onduline Asia Pacific Director Onduline Olivier Guilluy, Ketua GBCI Iwan Prijanto, Prinsipal Archimetric Architect Ivan Priatman, serta Arsitek dan Perencana Kota asal Filipina Felino ‘Jun’ Palafox Jr.
Ada 700 karya yang dikurasi, yang berasal dari arsitek perseorangan dan proyek, desainer, pengembang properti dan pelaksana konstruksi se-Asia.
The Green Passage karaya Tobias Kea terpilih menjadi juara pertama desain krostruksi berkelanjutan yang kali ini mengengkat tema “Tropical Passive Roof Design for Low Energy Houses”.
Dari tema ini, para peserta diberikan tantangan untuk mengimajinasikan kembali hunian ideal dengan menempatkan kenyamanan tata cahaya dan udara, serta dekor keseluruhan interior-eksterior sebagai kesatuan yang padu dalam fungsional sebuah ruang.
Baca Juga: Pemenang OGRA 2023 ASIA Diumumkan, Gelar Juara Diborong Arsitek Indonesia
Penilaian Juri
Dalam penentuan pemenangnya, dewan juri melakukan berdasarkan sejumlah kriteria yang dianggap paling mempengaruhi keberlanjutan sebuah bangunan dan kehidupan manusia di dalamnya. Penilaian juri berdasar pada perancangan rumah tinggal yang berorientasi passive design dan clean energy, yaitu rancang bangun yang responsif terhadap iklim lokal dan memanfaatkan energi alternatif yang berasal dari energi terbarukan untuk mengurangi beban biaya energi dan dapat mendinginkan bangunan, serta penggunaan material yang bersifat renewable/reuse/ISO 14001 (environmental friendly material)
Ketua GBCI Iwan Prijanto, salah satu juri, menyatakan, penilaian karya sangat mempertimbangkan potensi rancang atap yang mudah diterapkan, selain memenuhi kriteria sehat, nyaman, estetik dan ramah lingkungan.
Menurutnya, sudah semestinya para arsitek dan desainer Indonesia melahirkan solusi perancangan yang tidak hanya berputar di situ-situ saja. Sebab, kota-kota dunia tidak lagi berlomba untuk menunjukkan kemegahan, melainkan menunjukkan kecerdasan khususnya dalam menggunakan dan mengelola sumber daya.
Upaya total NetZero tidak akan tercapai bila perilaku dan desain bangunan masih boros sumber daya. “Ide yang terlahir dari seluruh peserta OGRA ini diharapkan dapat menjadi pilihan solusi untuk mewujudkan Net Zero Healthy Building yang efektif sehingga mampu mengurangi laju pertumbuhan emisi karbon ke lingkungan,” pungkasnya.
“Sustainable itu perlu upaya sistemik dan komprehensif multidisiplin yang harus dilakukan sejak penentuan dan perancangan tapak, pemilihan material bangunan, hingga merancang massa bangunannya agar menghasilkan nilai tambah dan estetika tinggi namun dengan sumber daya konstruksi dan operasi serendah mungkin.”
Sementara itu Prinsipal Architect Archimetric Ivan Priatman mengatakan bahwa selama ini penggunaan energi pada bangunan paling besar disebabkan oleh proses-proses menciptakan iklim buatan dalam ruangan melalui pemanasan, pendinginan, ventilasi dan pencahayaan. Konsumsi energi dengan cara ini umumnya memakan minimal 25% dari total biaya operasional.
Manifestasinya bisa dimulai dari pengendalian konsumsi energi dilanjutkan dengan pemanfaatan metode dan teknologi efisensi energi dan memaksimalkan penggunaanrenewable energy. “Konsep bangunan hemat energi memang memungkinkan biaya pembangunan besar di awal, namun dengan mendorong penghuni untuk menggunakan analis biaya siklus, mereka dapat melihat keuntungan dari rumah hemat energi dalam jangka panjang, baik secara biaya operasional maupun biaya pemeliharaan,” ujarnya.
The Green Passage Karya Tobia Kea
The Green Passage juara pertama OGRA 2023 Asia. Ide desain The Green Passage menampilkan hunian tradisonal di sebuah gang kampung, yang banyak menerapkan passive design. “Hawa angin alami di sepanjang gang kampung ini bisa dirasakan dan diolah menjadi elemen energi,” ujarnya.
Dari sisi material, The Green Passage memanfaatkan material lokal dan menggunakan material bangunan lama yang masih bagus. Material-material dari banguan lama, struktur kayu untuk bangunan, struktur atap yang masih bagus diolah lagi jadi bagian-bagian bangunan yang lebih kecil. Tobias pun mengeksplor bata ekspos dari bahan terakota.
“Menggunakan material kayu bekas, kita dapat menghemat sekitar 50-70% biaya material kayu. Genteng tanah liat bekas juga bisa dikreasikan sebagai finishing lantai. Selain dari aspek biaya, penggunaan material ini juga merupakan upaya pengurangan emisi karbon,” jelasnya.
Selain pemilihan material ramah alam, Tobias Kea juga melahirkan ide karya hunian berkelanjutan melalui pengolahan massa bangunan dan detail arsitektur yang memastikan adanya ventilasi silang di dalam rumah. Termasuk juga membuat instalasi pengolahan air hujan di loteng rumah.
Hal ini sejalan dengan misi Onduline—sebagai produsen atap berbahan bitumen yang ramah lingkungan—yang sejak awal berniat mendorong pengembangan properti berkelanjutan itu, sekaligus memberikan panduan kepada konsumen dalam memilih material ramah alam.
Baca Juga: 6 Tolok Ukur Menilai Bangunan Hijau menurut GBCI
Selain The Green Passage karya Tobias Kea, ada 4 karya pemenang lainya yang terdiri dari Prayoga Arya dengan karya Jaro Ngaso; Sahlan dnegan karya Mahawa-The Breathing House; Dwi Nurul Ilmih dengan karya Tropicool Roof; dan Partogi dengan karya Padi Dhara.
Semua karya pemenang ini telah memberikan ide desain bangunan berkelanjutan yang berorientasi passive design dan clean energy. Yaitu ide rancang bangun yang menempatkan kenyamanan tata cahaya dan udara, serta dekor keseluruhan interior-eksterior sebagai kesatuan yang padu dalam fungsional sebuah ruang.
Country Director Onduline Indonesia, Esther Pane, memberikan apresiasi semua rancang bangun rumah tinggal para arsitek yang dihasilkan dari kompetisi desain ini. Desain yang menonjolkan respons atas berbagai isu teknologi, lingkungan, sosial ekonomi, dan budaya yang memengaruhi konstruksi kontemporer, dan menawarkan solusi visioner terhadap cara kita membangun.
Dikatakan Esther, pada akhirnya tujuan akhir dari kompetisi ini bukan award melainkan membangun dunia lebih baik. Karenanya, pilihannya adalah karya desain bangunan yang memihak pada alam dan manusia, dengan tetap mempertahankan sisi estetiknya.
Baca Juga: Manfaat Taman Atap untuk Rumah di Daerah Tropis
Baca Juga: 10 Alasan Perlunya Menggunakan Jasa Arsitek untuk Memperindah Hunian
Cek berita atau ulasan inspiratif ranahnya rumah, properti, dan gaya hidup penghuninya di website www.ranahrumah.com, Facebook RANAH RUMAH, Instagram @ranahrumahcom
(*)