
AGAR BIAYA RENOVASI RUMAH TAK MEMBENGKAK
Disiplin pada Rencana Awal dan Jadwal
Hal yang paling sering terjadi dalam renovasi adalah pembengkakan biaya. Ini terjadi karena ketika proses renovasi sedang berjalan, kamu berubah pikiran dengan mengubah desain atau menambah pekerjaan atau bagian yang direnovasi.
Hal ini sangat manusiawi dan wajar di mana pekerjaan merembet ke pekerjaan lain di luar rencana. Alasan yang sering dikemukakan: “…sekalian saja yang ini, daripada nanti harus membongkar lagi kalau mau membangun lagi..”.
Memang susah menghindari kasus seperti ini. Tapi, sesungguhnya keputusan tetap ada di tangan kamu. Jika tak ada kendala dalam persediaan dana dan waktu penyelesaian bangunan, tentu oke-oke saja dilakukan. Namun, jika dana pas-pasan untuk jenis renovasi sesuai rencana awal, jangan coba-coba mengubah pikiran untuk mengubah desain atau menambah jenis pekerjaan.
Ketidakmampuan berdisiplin pada rencana dan jadwal yang sudah disusun, sering menjadi awal “kehancuran” yang diakibatkan oleh renovasi. Kamu akan dipusingkan karena dana darurat harus tersedia segera. Bahkan, sering terjadi, pekerjaan renovasi terpaksa berhenti karena dana habis di tengah jalan sedangkan rumah belum siap untuk ditempati kembali.
Disiplin pada rencana awal, adalah cara paling aman agar renovasi berjalan seperti yang diharapkan.
Baca Juga: Manfaatkan Cahaya Alami agar Hemat Listrik & Rumah tetap Adem
Baca Juga: Void dan Skylight Solusi Rumah Sempit jadi Terasa Lapang
PENGURUSAN IZIN RENOVASI RUMAH
Membangun di kompleks perumahan dengan kondisi rumah yang saling berhimpitan pasti berpengaruh pada tetangga di kiri-kanan kita. Dari mulai suara yang berisik karena pekerjaan membangun hingga kehadiran material yang sering diletakkan di pinggir jalan.
Menjalin komunikasi yang baik dengan tetangga sekitar dan meminta “izin” dan maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin kita ciptakan, harus dilakukan.
Berpesan pada tukang dan pekerja yang kita pakai untuk bekerja hati-hati dan teliti, memperhatikan keselamatan dan kenyamanan tetangga, juga perlu kita lakukan. Dengan adanya saling pengertian dan pemahaman maka segala proses renovasi akan dapat dilaksanakan dan berjalan lancar.
Biasanya, dalam proses pengurusan IMB, izin dari tetangga termasuk salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan perizinan.
Baca Juga: Rumah Tumbuh, Cara Wujudkan Hunian Impian meski Dana Belum Cukup Sepenuhnya

MEMILIH PENYEDIA JASA KONSTRUKSI RENOVASI RUMAH
Melakukan pekerjaan renovasi tentu membutuhkan pihak kedua selaku penyedia jasa konstsruksi, seperti arsitek dan kontraktor. Namun, memilih penyedia jasa yang akan digunakan tidaklah mudah.
Begitu banyak arsitek dan kontraktor yang menawarkan jasanya. Namun hanya beberapa saja yang mungkin cocok buat kamu.
Kualitas arsitek dan kontraktor bisa dilihat dari pengalaman proyek yang pernah dikerjakan. Jika ingin mendapatkan biaya desain yang ekonomis, kamu bisa mencari arsitek yang baru saja lulus kuliah. Umumnya mereka tidak mengejar keuntungan karena yang dicari oleh mereka adalah pengalaman merancang atau mendesain.
Kamu pun bisa mencari arsitek berpengalaman. Jika ini yang dicari maka setidaknya kamu harus memilih arsitek yang merupakan anggota IAI (Ikatan Arsitek Indonesia). Mengapa demikian?
Arsitek anggota IAI memiliki Sertifikat Ke-Ahlian (SKA) yang diberikan apabila arsitek tersebut telah memenuhi persyaratan yang sesuai dengan standar kompetensi Internasional (untuk SKA Utama) dan Nasional (untuk SKA Madya dan Pratama). Arsitek anggota IAI sangat terikat dengan kode etik profesi IAI sehingga mereka tidak main-main bekerja sama dengankamu dalam membuat desain.
Untuk mengetahui kualitas arsitek, selain dilihat dari keanggotaan organisasi profesi, kamu bisa melihat contoh proyek desain rumah yang pernah ditanganinya. Kamu bisa menilai apakah desainnya sesuai dengan selera dan keinginan kamu atau tidak.
Baca Juga: Feng Shui Kamar Anak, Desain, Letak, dan Pilihan Warnanya
Nilai Positif Menggunakan Arsitek untuk Renovasi
Meski ada beberapa orang yang enggan menggunakan arsitek dalam merencanakan desain rumah, memakai jasa arsitek sebenarnya membantu kamu untuk merancang rumah sesuai dengan kaidah bangunan seperti masalah pengudaraan, kekuatan konstruksi, pilihan material yang tepat, dan sebagainya.
Selain itu, nilai positif menggunakan jasa arsitek adalah kamu akan diberikan layanan sesuai dengan standar profesi seperti memberikan gambar desain lengkap. Andaikan kamu tidak membangun rumah dengan jasa pelaksana dari arsitek, kamu bisa menyerahkan gambar tersebut kepada mandor atau kontraktor. Gambar dari arsitek akan lebih mudah dipahami oleh mandor atau kontraktor.
Biar Tak Terjadi Konflik dengan Arsitek saat Renovasi
Untuk menghindari konik dengan arsitek, maka di awal harus dibuatkan perjanjian kontrak. Isi perjanjian itu di antaranya, batasan pekerjaan arsitek (memberi gambar lengkap, maket, animasi 3D, anggaran biaya atau tidak). Jika batasan pekerjaan arsitek berubah apakah ada biaya tambahan atau tidak; dan apakah arsitek akan mendampingi ketika proyek pembangunan mulai dikerjakan.
Beda Arsitek dan Kontraktor atau Pemborong
Selain arsitek, pemilihan pihak pelaksana seperti kontraktor, pemborong, dan mandor bangunan harus diperhatikan. Perbedaan antara kontraktor dan pemborong ada pada skala proyek dan bentuk badan usahanya.
Kontraktor biasanya memiliki PT atau CV. Sedangkan pemborong biasanya berbentuk perseorangan. Skala pekerjaannya juga berbeda. Kontraktor mengerjakan proyek-proyek berskala cukup besar dan pemborong mengerjakan proyek-proyek rumah tinggal.
Tidak selamanya pekerjaan renovasi rumah harus menggunakan pemborong. Jika pekerjaan renovasinya berskala kecil seperti merombak dapur atau kamar mandi, kamu sebenarnya bisa langsung menunjuk tukang untuk pelaksanaannya tanpa harus menggunakan jasa pemborong.
Semua pilihan tergantung kamu. Akan lebih baik jika arsitek, kontraktor, pemborong, atau tukang yang akan dipilih kenal langsung denganmu atau berpengalaman mengerjakan proyek saudara atau teman kamu. Dengan demikian kamu tidak merasa asing dengan mereka.
Pentingnya Kontrak Kerja
Menggunakan jasa arsitek atau kontraktor merupakan hubungan kerja yang membutuhkan sebuah kesepakatan yang menjaga komitmen masing-masing pihak. Kesepakatan ini dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi pasal 22 ayat 1.
Berapa pun nilai kontraknya, entah hanya merenovasi dapur atau kamar mandi, sebaiknya pelaksanaan pekerjaan diperkuat dengan kontrak kerja. Kontrak kerja konstruksi setidaknya harus mencakup uraian klausul mengenai beberapa hal berikut ini.
- Para pihak yang terkait dengan kontrak kerja dan memuat secara jelas identitas para pihak tersebut.
- Rumusan pekerjaan yang memuat uraian secara jelas dan rinci mengenai lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan.
- Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan. Klausul ini memuat tentang jangka waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa.
- Tenaga ahli (jika ada). Klausul ini memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi, dan kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.
- Hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa. Klausul ini memuat hak kamu sebagai pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan. Hak penyedia jasa diperlukan untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi.
- Cara pembayaran. Klausul ini memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi.
- Cidera janji. Klausul ini memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana telah diperjanjikan.
- Penyelesaian perselisihan. Klausul ini memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat adanya ketidaksepakatan.
- Pemutusan kontrak kerja konstruksi. Klausul ini memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak.
- Keadaan memaksa (force majeure). Klausula ini memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak dan bisa menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.
- Kegagalan bangunan. Klausul ini memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan.
Baca Juga: 14 Jenis Tukang dan Keahliannya, Kenali sebelum Memilih!
Menentukan Upah Tukang untuk Renovasi
Jika tukang yang digunakan sudah dikenal, memilih tukang bukanlah pekerjaan yang susah. Yang sulit adalah menentukan jenis upah apa yang akan diterapkan.
Setidaknya ada dua macam upah, harian dan borongan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan.
1. Sistem upah harian renovasi rumah
Sistem harian memiliki kelebihan yaitu tukang harus bekerja terus tanpa ada kesempatan menganggur. Untuk mengefisienkan pekerjaan tukang, kamu harus menyiapkan terlebih dahulu material serta gambar teknik yang menerangkan apa saja yang perlu diganti atau dirobohkan. Sisi positif lainnya, jika pekerjaan tukang dalam 2 hari tidak memuaskan, kamu bisa langsung menghentikan pekerjaannya dan mengganti dengan tukang yang lain tanpa harus menunggu hingga pekerjaan itu selesai.
Namun, di balik itu ada kekurangannya yaitu kamu harus terus menerus mengawasi kerja tukang. Jika tidak, mereka akan sering menganggur. Semakin lama proyek dikerjakan maka semakin banyak upah yang akan mereka terima. Alhasil, kamu pun akan dirugikan.
Sistem harian ini akan lebih tepat jika digunakan untuk renovasi dengan volume pekerjaan kecil seperti mengganti letak pintu, mengganti keramik lantai, atau mengecat dengan ukuran kecil. Selain itu, akan lebih tepat jika kamu mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengawasi pekerjaan.
2. Sistem upah borongan renovasi rumah
Pada sistem borongan setidaknya terdapat dua pola, borongan hanya upah tenaga kerjanya saja dan borongan secara keseluruhan.
Perbedaannya, pada sistem borongan upah tenaga kerja, kontrak pekerjaannya kamu membayar tukang hanya biaya upahnya saja. Sedangkan materialnya kamu harus menyiapkan terlebih dahulu. Pada pola borongan keseluruhan, biaya upah tenaga dan bahan diserahkan kepada tukang atau mandor.
Jika kmau akan menggunakan sistem borongan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kerja tukang bisa lebih efisien. Siapkan gambar kerja beserta spesifikasi pekerjaan yang direncanakan.
Meski menyerahkan pekerjaan kepada tukang, kmau harus turut mengawasi hasil pekerjaannya. Hal ini mengingat tukang yang dibayar borongan biasanya ingin buru-buru selesai tanpa memperhatikan kualitas pekerjaaannya.
Dari sisi harga, biaya borongan pola upah lebih murah daripada sistem borongan utuh. Besar biaya keduanya tergantung dari luasan bangunan yang dibangun. Untuk harga Jakarta dan sekitarnya, biaya borongan pola upah sekitar Rp 1 juta hingga 1,5 juta per meter perseginya. Sedangkan untuk pola borongan utuh biayanya sekitar Rp 2,5 juta–Rp 3 juta. Ini pun tergantung dari daerah atau lokasi rumah.
Baca Juga: Antisipasi Serangan Rayap pada Atap, Begini Rancangan Desainnya
Baca Juga: Masalah Atap Bocor Tak Kelar-Kelar? Jangan Salah Pilih Pelapis!



