Waspadai Kanker Usus Besar! Ini Gejala, Pengobatan, dan Perawatannya

Banyak faktor risiko kanker usus besar atau kanker kolorektal yang perlu diwaspadai, selain riwayat keluarga, juga kebiasaan diet rendah serat namun tinggi lemak; pendarahan saat buang air besar, kelelahan, dan kelemahan, serta terpapar terhadap polusi udara dan air – khususnya zat karsinogen penyebab kanker.

Moderator dan pembicara dalam kegiatan sosialisasi Yayasan Kanker Indonesia tentang penyakit kanker kolorektal yang didukung oleh PT Merck Tbk (YKI)

Untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap faktor-faktor risiko kanker kolorektal, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan PT Merck Tbk (Merck Indonesia) memperkenalkan kampanye #PERIKSA yaitu “Peduli Risiko Kanker Kolorektal Sejak Awal”. Kampanye ini bertujuan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli dalam mengenali tanda atau gejala awal yang berkaitan dengan risiko kanker kolorektal dengan melakukan deteksi dini secara daring. Masyarakat dapat mengisi “Kuesioner Risiko Kanker Usus Besar” melalui situs bit.ly/yukperiksa untuk mengetahui apakah gaya hidup yang dijalankan merupakan faktor risiko kanker usus besar.

Untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap faktor-faktor risiko kanker kolorektal, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan PT Merck Tbk (Merck Indonesia) memperkenalkan kampanye #PERIKSA yaitu “Peduli Risiko Kanker Kolorektal Sejak Awal”. Kampanye ini bertujuan untuk mengajak masyarakat agar lebih peduli dalam mengenali tanda atau gejala awal yang berkaitan dengan risiko kanker kolorektal dengan melakukan deteksi dini secara daring. Masyarakat dapat mengisi “Kuesioner Risiko Kanker Usus Besar” melalui situs bit.ly/yukperiksa untuk mengetahui apakah gaya hidup yang dijalankan merupakan faktor risiko kanker usus besar.

Lima jenis kanker yang paling umum didiagnosis (YKI)

“Banyak faktor risiko kanker kolorektal yang perlu diwaspadai, selain riwayat keluarga, juga kebiasaan diet rendah serat namun tinggi lemak; gejala kanker usus besar lainnya termasuk pendarahan saat buang air besar, kelelahan, dan kelemahan, serta terpapar terhadap polusi udara dan air – khususnya zat karsinogen penyebab kanker, kuesioner #PERIKSA ini dapat membantu masyarakat tentang pemahaman faktor risiko kanker kolorektal,” jelas Prof. Aru Sudoyo.

“Jika faktor risiko kanker kolorektal tersebut merupakan pola hidup yang dijalankan, maka tes skrining di antaranya melalui kolonoskopi penting untuk dilakukan, khususnya bagi orang berusia di atas 50 tahun,” ungkap Prof. Aru.

Prof. Aru Sudoyo lebih lanjut mengutarakan bahwa kanker kolorektal biasanya dimulai sebagai pertumbuhan seperti kancing di permukaan lapisan usus atau dubur yang disebut polip. Saat kanker tumbuh, ia mulai menyerang dinding usus atau rektum. Kelenjar getah bening di dekatnya juga dapat diserang. Karena darah dari dinding usus dan sebagian besar rektum dibawa ke hati, kanker kolorektal dapat menyebar ke hati setelah menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya.

Prof. Aru Sudoyo mengingatkan tentang pentingnya kewaspadaan terhadap sindrom Lynch dan sindrom poliposis MUTYH.  Sindrom Lynch berasal dari mutasi gen bawaan yang menyebabkan kanker kolorektal pada 70 hingga 80% orang dengan mutasi tersebut. Orang dengan sindrom Lynch sering berkembang menjadi kanker kolorektal sebelum usia 50 tahun. Mereka juga berisiko lebih tinggi terkena kanker jenis lain, terutama kanker endometrium dan kanker ovarium, tetapi juga kanker perut dan kanker usus kecil, saluran empedu, ginjal, dan ureter.

Sindrom poliposis MUTYH adalah kelainan genetik langka yang jarang menyebabkan kanker kolorektal. Hal ini disebabkan oleh mutasi genetik dari gen MUTYH. Lebih dari 50% orang yang memiliki sindrom ini mengembangkan kanker kolorektal mulai usia 60-an. Mereka juga berisiko lebih tinggi terkena kanker jenis lain, seperti kanker saluran pencernaan dan tulang lainnya, dan juga kanker ovarium, kandung kemih, tiroid, dan kulit.

Baca Juga: Hasil Uji Keefektifan Plasmacluster Kurangi Airborne Novel Coronavirus dan Asma, TERBUKTI!