Ranahrumah.com – KESEHATAN | Udara sehat dan bersih, sangat besar perannya bagi kesehatan. Disebutkan dalam laporan terbaru State of Global Air 2020 (SoGA 2020) oleh Health Effects Institute bekerja sama dengan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME2) di University of Washington, dan University of British Columbia, sebanyak 6,7 juta kematian di dunia terkait dengan polusi udara.
Paparan polusi udara luar ruang dan rumah tangga dalam jangka panjang juga berkontribusi terhadap lebih dari 6,7 juta kematian tahunan akibat stroke, serangan jantung, diabetes, kanker paru-paru, penyakit paru-paru kronis, dan penyakit neonatal di seluruh dunia sepanjang tahun 2019.
Selain akibatkan kematian, polusi udara juga menimbulkan dampak buruk lain bagi manusia, yaitu: memperburuk epidemi penyakit tidak menular, berkontribusi terhadap berbagai penyakit kronis, memperparah infeksi Covid-19, dan menyebabkan kematian dini bagi bayi.
Diwartakan Kompas.com (6/6/2019), polusi udara merenggut 800 jiwa setiap jam atau 13 jiwa setiap menit. Angka ini tiga kali lebih besar dibanding penyakit mematikan lainnya seperti malaria, TBC, dan AIDS setiap tahunnya.
Berbagai upaya meningkatkan kesehatan banyak dilakukan seperti mengkonsumsi makanan sehat, jaga kebersihan dengan mandi setelah beraktivitas, olah raga, dan banyak minum air putih. Namun, tetap saja di era modern, sulit sekali terhindar dari polusi udara ini, utamanya bagi masyarakat urban yang tinggal di perkotaan.
Bagaimana tidak, aktivitas di luar ruang di kota metropolitan dengan udara luar ruang yang sarat dengan debu, bakteri, ataupun asap kendaraan, membuat sangat sulit bagi masyarakat dapat menemukan udara sehat dan bersih.
Baca Juga: Teknologi UV-C di Air Purifier Viruskiller Calmic Rentokil
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, terbukti bahwa beberapa infeksi bisa menyebar lewat paparan virus dalam droplet dan partikel kecil yang bisa bertahan di udara selama beberapa menit hingga beberapa jam. Hal ini merujuk pada transmisi virus yang terjadi dalam udara.
Lancet, salah satu jurnal kedokteran umum tertua dan independen di dunia, juga menyatakan bahwa kondisi dalam ruang yang layak, memiliki potensi mengurangi penyebaran COVID-19.
Namun, sebaliknya, kondisi ruang yang kurang layak seperti ventilasi dan penyaringan udara yang terbatas, dapat membuat sebuah ruangan menjadi tempat dengan risiko tinggi.
Penelitian menunjukkan bahwa udara yang kita hirup di dalam ruangan bisa lebih berpolusi hingga 2-5 kali dari udara luar dan sering kali tercemar oleh partikel ultrafine PM2,5, alergen, bakteri, gas berbahaya serta lembapnya udara.
Padahal, di masa pandemi ini, kita menghabiskan waktu yang sangat banyak di dalam ruangan setiap harinya.
Banyak selaki unsur di dalam rumah yang berpegaruh pada kesehatan seperti berbagai peralatan yang kita gunakan (karpet, sarung bantal, dll), chemical, asap dan debu , bulu dari hewan piaraan.
Dr. Hermawan Saputra, SKM., MARS., CICS, Ahli Kesehatan Masyarakat dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menyatakan pentingnya higienitas, kebersihan, dan pengondisian udara di dalam ruang.
Baca Juga: Jadi Solusi Udara Buruk, Ini Beda Air Purifier, Humidifier, dan Dehumidifier